Sabtu, 31 Agustus 2013

03.38 - No comments

The Most Bullshit Thing

The most bullshit thing I ever know in this world.
Hal paling omong kosong yang ada di dunia ini menurut gue adalah PERBEDAAN. Kenapa? Karena ini adalah hal yang selalu dihindari sama sebagian besar orang, padahal orang ‘pinter’ bilang kalo perbedaan itu menyatukan segalanya.
Oh ya? Coba deh tengok di Negara kita. Apa iya perbedaan itu menyatukan segalanya?
Pertama, perbedaan usia. Coba deh, anak mana yang gak pernah bentrok atau konflik sama orang tuanya? Gue berani jamin, gak ada, kecuali mereka udah gak punya atau gak pernah ketemu sama orang tuanya. Tapi orang tua itu bukan Cuma bonyok kita aja. Guru, tetangga, kakak, atau siapa pun yang lebih tua itu orang tua kita. Back to topic, aoa alesan mendasar kalo kita lagi selisih paham sama orang tua kita? Simpel kok. Beda jaman.
Ya kan? Gak sedikit dari kita yang selalu bilang kalo kita itu hidup dan besar di zaman yang beda sama orang tua kita. Oke, gue akuin. Jangankan sama orang tua yang jarak umurnya jauh banget. Sama adek-adek kecil yang sekarang kira-kira umur 5 tahun aja udah beda banget dan bikin enggak klop. Jaman kita seumuran mereka kita masih main engklek, tom and jerry, dakon, domikado, PPO, petak umpet, dan sebagainya. Anak sekarang? Oooh, gadget dong.
          Yang kedua, perbedaan gender atau jenis kelamin. Contoh konkrit, waktu Megawati Soekarnoputri jadi presiden RI, apa yang terjadi? Banyak banget yang protes kalo cewek gak bakalan bisa jadi presiden. Oh ya? Nyatanya waktu kepemimpinan beliau, Indonesia baik-baik aja tuh.
Jadi, kalau masih banyak kata-kata “lho, kan kamu cewek” atau “yang cowok aja”. Please deh, kita kan sama. Udah ada Raden Ajeng Kartini yang berjuang buat kita kaum cewek, masa kita nggak mau sih menghargai usaha dan jasa beliau?
Emang sih, enggak semua kerjaan bisa dilakukin cewek, tapi seenggaknya, nggak semua kegiatan “cowok” dilakukin sama cowok melulu. Ya kan? Contohnya deh, kalo atap rumah gue bocor, bukan kakak cowok gue yang manjat terus mbenerin tapi mama gue. Terus kalo ada nangka yang mateng terus perlu urusan manjat-manjat, bukan kaka gue juga yang manjat, tapi gue. Nah, gak semuanya harus cowok yang ngerjain.
          Dan yang ketiga, perbedaan yang paling klise. Keyakinan. Ini adalah perbedaan yang paling”sesuatu”.
          Punya pemimpin yang non (lo tau yang gue maksud), udah pada ribut. Padahal, please deh, Negara kita Negara Bhineka Tunggal Ika, perbedaan namun tetap satu juga. Right? Emang apa yang salah sama pemimpin yang non? Oke, gue juga non, dan ini bukan berarti pembelaan. Gue Cuma bicara fakta. Oke? Fakta dan bukan fuckta.
          Terus di sekolah, terutama sekolah negeri. Kalo ada pelajaran agama, yang non pasti disuruh keluar kelas dan pindah kelas kan? Kelas agama buat non juga kecil, bahkan di sekolah X, kelas buat agama non itu kecil-sumpek-dan-jauh-dari-kriteria-ruangan-layak-pakai. Terus buat acara atau event sekolah, buat anak-anak non gak punya acara yang bener-bener diekspos kan? Palingan juga acara yang Cuma anak-anak non itu aja yang tau. Dan menurut gue, itu sangat-amat-teramat tidak adil J
          Terus yang paling gencar adalah gak bolehnya nikah beda agama. Sebenernya gue setuju sama aturan ini, kenapa? Karena kasian anaknya ntar. Gue tinggal di keluarga yang punya dua agama. Dan rasanya nggak enak banget. Kalo lagi ke gereja gue sering iri sama temen-temen gue yang ke gereja bareng-bareng sama keluarganya. Utuh. Sedangkan gue Cuma sama kakak gue.
          Tapi aturan ini juga ada buruknya. Gak jarang kan orang pindah agama Cuma demi bisa nikah sama kekasihnya? Bukan karena dia percaya sama apa yang dipercaya kekasihnya. Itu adalah hal termiris menurut gue. Gue punya pacar yang beda agama. Gue pengen banget dia ikut keyakinan sama gue. Tapi BUKAN karena dia sayang sama gue. Tapi gue pengen, dia pindah karena dia SAYANG sama Tuhan gue. Dan PERCAYA sama Dia.
          Lo pasti juga punya hal-teromong-kosong-di-dunia-ini. Tapi itu menurut gue dan menurut pengalaman gue.

          So, gak selamanya perbedaan bisa menyatukan segalanya..

Jumat, 30 Agustus 2013

15.16 - No comments

Pertemuan Pertama (2)


Sekarang, di sinilah aku. Sebuah SMA negeri yang cukup favorit di Semarang. Tante Lusi ternyata adalah seorang ibu yang baik. Dia mendaftarkan aku di SMA yang favorit dan berjanji akan mengantar jemput aku setiap pulang sekolah. Jauh dari bayanganku dari seorang ibu tiri.
Dan hari ini adalah hari pertamaku di sekolah baru. Sebagai seorang gadis yang tinggal di tepi pantai dulunya, aku memiliki kulit khas Indonesia, sawi matang. Rambutku panjang dan kemerahan. Mataku cokelat dan besar. Benar-benar Indonesia.
“Enjoy ya, Clara. Nanti mama jemput jam 2 siang,” teriak Tante Clara dari mobil setelah mengantarku ke sekolah.
“Dadah kakak,” teriak Reno dan Rena kompak.
Ya, aku sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga ini sekarang. Bahkan Tante Clara memintaku untuk memanggilnya ‘mama’. Sama seperti Reno dan Rena, adik tiriku, memanggilnya.
Setelah menarik nafas panjang dan meyakinkan diri bahwa hari ini akan menjadi hari baik, aku melangkah ke gerbang sekolah. Namun seperti dugaanku, berpasang-pasang mata menatapku karena mereka menganggap aku asing di sekolah ini.
Aku segera menuju ke ruangan bertuliskan “TATA USAHA” dan memperkenalkan diri.
“Permisi, saya Clara Silvana, pindahan dari Bone, Sulawesi Selatan,” ucapku sambil tersenyum.
Petugas berpakaian putih itu segera menatapku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dan berkata, “Tunggu sebentar ya.” Aku mengangguk.
Tak lama, seorang pria gagah masuk ke ruangan sambil tersenyum lebar, “Mana Clara?”
“Saya, Pak,” jawabku. Pria yang merupakan wali kelasku dan bernama Pak Sugeng ini segera menggandeng tanganku ke kelas dan tanpa babibu memperkenalkan aku ke murid-muridnya.
“Ini adalah murid baru dari Sulawesi. Silakan meperkenalkan diri,” ucapnya di depan kelas baruku sambil merangkul pundakku.
“Nama saya Clara Silvana. Saya pindahan dari Bone, Sulawesi Selatan. Saya pindah ke Semarang karena ikut ayah saya.”
Siulan nakal dari para siswa laki-laki terdengar keras. Juga tatapan sinis dari para cewek di sini. Namun ada satu cowok yang sama sekali tidak menunjukkan minat terhadapku. Dia cukup ganteng, dan kurasa dia memiliki badan yang tinggi.
“Kamu duduk di sana ya, sebelah Nana,” ujar Pak Sugeng membuyarkan lamunanku. Aku segera duduk di sebelah cewek yang ditunjuk Pak Sugeng. Namanya Nana, tampaknya dia sangat baik dan ramah. Tak seperti gerombolan cewek di depanku yang sepertinya menggosip tentangku sambil menunjuk-nujuk aku.
“Sabar ya, susah jadi murid baru di sini. Apalagi cantik seperti kamu,” kata Nana tiba-tiba.
“Ah, maaf. Maksudnya?” tanyaku tak paham.
“Mereka itu. Sela, Wita, Gina, dan Nisa. Mereka sepertinya tak suka kamu ada di sini. Mereka takut posisi mereka sebagai gadis tercantik tersaingi,” katanya sambil menunjuk 4 cewek yang melihatku dengan sinis menggunakan matanya.
“Ah, aku biasa saja kok.”
“Kan menurutmu. Tapi hati-hati aja. Nggak usah diladenin mereka. Dan satu lagi saranku, jangan deketin Rama atau kamu bakalan dicekik sama Sela,” tambahnya sambil menunjuk cowok yang menarik perhatianku tadi.
Ah, jadi namanya Rama. Cukup bagus namanya. Seperti wajahnya.
“Heh, dibilangin jangan dideketin malah diliatin. Kamu dipelototin Sela tuh,” kata Nana sambil menyenggol badanku.
“Ah, maaf. Aku hanya penasaran. Jadi,namanya Rama?” tanyaku kepada Nana yang disambut dengan anggukan kepala tak acuh.
Oh, Rama. Namanya…..


Rabu, 28 Agustus 2013

02.08 - No comments

Awal Dari Cerita (1)


          Namaku Clara Silvana. Aku pindahan dari Bone, Sulawesi Selatan dan sekarang aku “terdampar” di negeri orang.
          Sebenarnya bukan terdampar, lebih tepatnya, merantau. Ya, aku merantau ke kota tanah kelahiran ayahku, Semarang. Sudah lebih dari 10 tahun aku tak pernah bertemu dengan ayahku. Ayah dan ibu sudah bercerai sejak umurku dan Silvy 3 tahun. Mungkin kalian bertanya-tanya, siapakh Silvy? Dia adalah alasan utamaku meninggalkan kampong halaman dan ibuku kemudian merantau ke tanah yang tak pernah kuinjakkan sebelumnya.
          Clara Silvyana adalah saudara kembarku. Lebih tepatnya adik kembarku. Dia lahir 5 menit setelah aku lebih dahulu menghirup udara dunia. Namun sayang, dia meninggalkanku lebih cepat daripada umur jagung. Dia meninggal di ulang tahun kami yang ke-16 tahun, tepatnya 3 bulan yang lalu. Dia meninggal karena gagal ginjal. Sebenarnya aku sudah memberikan ginjalku yang satu untuknya. Sayangnya tubuhnya menolaknya, dan Tuhan memanggil adik kesayanganku ini lebih cepat daripada dugaanku.
          Aku sangat menyayangi adikku. Dan aku yakin dia juga menyayangiku. Aku selalu menemani dia selama detik-detik terakhirnya di dunia. Tidak seperti ayahku, Bagaskoro. Namun Sylvi sama sekali tidak pernah membenci laki-laki yang bahkan tidak pernah ia ingat seperti apa rupanya. Dia selalu mengatakan pada ibu bahwa ia ingin sekali bertemu dengan ayah. Dan ibu hanya menjawab ‘iya sayang’ dengan senyum terpaksa. Aku tahu. Ibu sudah sangat sakit hati dengan ayah karena ayah menduakan ibu dengan wanita lain kemudian meninggalkan kami di saat kami masih kecil. Karena itu, ibu harus banting tulang demi membesarkan dua anaknya ini, apalagi dengan satu anaknya yang memiliki kondisi tubuh yang sangat rentan. Namun ibu selalu berusaha untuk mencari di mana ayah berada dan berusaha menghubunginya. Namun nihil.
          Ayah akhirnya dating sebulan setelah kematian Sylvi. Dia dating ke rumah dan mengucapkan bela sungkawa dengan membawa istri dan anak-anak barunya. Adik tiriku. Bah, ayah macam apa itu.
          Aku ingin sekali berteriak di depan ayah dan memakinya. Karena kematian Sylvi salah satunya adalah karena salahnya. Biaya pengobatan Sylvi sangat mahal dan ibu tak sanggup membiayainya, maka dari itu, kami hanya mengandalkan bantuan dari saudara dan tetangga. Namun dasar ibu, wanita yang kuat meskipun sudah disakiti, beliau tidak memperbolehkan aku bertemu dengan ayah untuk mencegah emosiku meledak-ledak.
          “Aku ingin bertemu dengan Clara,” ucap ayah. Kudengar suaranya dari dapur. Ibu memintaku menunggu di sana.
          “Clara sedang sibuk,” jawab ibu.
          “Sibuk apa? Menangisi saudara kembarnya?”
          “Bukan. Dia…..” kata-kata ibu tak sempat selesai karena aku sudah berdiri di depan pintu ruang tamu sambil berurai air mata.
          “Ayah…..” kataku lirih.
          “Clara..” jawab ayah lalu berdiri dan menghampiriku. Dia memelukku. Erat. Aku terdiam.
          Plak. Tamparan mendarat di pipi pria yang telah meninggalkanku sejak kecil itu. “Ayah jahat! Kenaoa ayah enggak pernah mencoba menghubungi kami? Ayah jahat! Sylvi meninggal karena ayah!”
          Semua terdiam. Hening. Aku menangis sesenggukan lalu meninggalkan mereka dan lari ke sebuah tempat. Tempat di mana aku dan Sylvi biasa bercerita bersama. Kami menyebutnya “goa rahasia”.
          Goa ini terletak di tepi pantai dekat rumahku. Aku bersembunyi di sana. Aku menangis. Dan tiba-tiba aku teringat pesan Sylvi.
          “Clara, kalau aku pergi dan kamu bias ketemu ayah, baca ini ya,” kata Sylvi sehari sebelum dia meninggal.
          “Ah, Clar, kamu lucu deh. Lagi sakit gini kamu mau pergi ke mana? Palingan juga rumah sakit kan?” kataku sambil menyahut selembar kertas yang dia berikan. Sylvi tersenyum. Dan memang benar, keesokannya dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
          Kubuka kertas yang selalu ada di saku celanaku ini. Di sana ada tulisan Sylvi yang rapi:

Dear Clara,
Kalau kamu baca ini, berarti aku udah nggak ada di samping kamu, udah nggak bias main sama kamu, dan udah nggak bias bercanda sama kamu. Tapi inget, aku selalu ada buat kamu,Clar. Kita berdua memang bukan kembar identic. Kamu jauh lebih sempurna dari aku. Tapi kita nggak akan bias terpisahkan. Karena kita memiliki satu hati J
Aku punya permintaan terakhir nih…
Aku tau, kamu benci banget sama ayah. Tapi aku pengen titip salam buat ayah dan tolong jangan marahin ayah karena udah ninggalin kita. Hehe..
Aku juga pengen banget ke Semarang, ikut ayah kerja di sana. Aku tau ayah kerja di Semarang dari Budhe Laksmi. Tapi aku sengaja nggak mau kasih tau kamu ataupun ibu. Tapi kamu juga tau kan, aku nggak bakalan bias ke Semarang, jadi kumohon, Clara, kamu ikut ayah ya ke Semarang? Ya meskipun Cuma buat berlibur atau nyelesain SMA di sana. Kamu lulus 2 tahun lagi kan? Kamu bias mulai kelas 11 di sana. Aku yakin kamu pasti suka Semarang.
Tapi kalau kamu nggak mau juga nggak apa kok, aku Cuma mohon aja J
Makasih ya kakakku sayang, Clara. Aku sayang kalian semua…

Salam sayang, Sylvi.

          Kutekuk kertas itu dan aku terduduk kaku. Kaget. Sedih yang 3 bulan ini kuberusaha sembunyikan akhirnya gagal. Ku menangis. Lagi. Sylvi, kakak kangen kamu…

Keesokan paginya aku terbangun dengan ayah yang duduk di samping tempat tidurku.
“Ha? Kenapa ayah di sini?” teriakku histeris.
Ayah hanya tersenyum dan berkata sambil mengacungkan selembar kertas. Surat terakhir dari Sylvi, “ayah minta maaf sayang. Ayah khilaf. Ayah udah ninggalin kamu, Sylvi, sama ibu. Ayah nyesel. Kamu mau ikut ayah ke Semarang? Pesawat berangkat 5 jam lagi,” ujarnya sambil tersenyum lalu meninggalkanku. “Oh ya, barangmu sudah dikemas ibu.”
Apa? Barangku sudah di kemas ibu? Aku ke Semarang? Oh,Tuhan, bangunkan aku dari mimpi. Kugigit bibirku dan kutampar pipiku. Tapi rasanya sakit. Dan itu berarti, aku tidak bermimpi.
Aku segera berlari ke dapur dan kutemui ibu yang sedang bercengkerama sambil tertawa dengan ayah dan Tante Lusi, ibu tiriku. Aku hanya melongo. Oh, Tuhan. Apa yang terjadi?
Di ruang tamu, kulihat banyak koper dan tas yang berjejeran. Dan ku temui beberapa adalah tas dan koperku. Oh….
Di tengah kebingunganku melihat barangku yang sudah dikemas rapi, ibu muncul dari belakangku dan memelukku, “Sayang, kamu harus ke Semarang. Kamu harus belajar mengikhlaskan Sylvi.”
Aku masih tidak mengerti. Aku sudah mengikhlaskan Sylvi. “Aku sudah mengikhlaskan dia bu! Lihat saja. Nilaiku sekarang jadi bagus, aku mendapat juara kelas. Aku menjadi anak yang rapid an rajin. Aku tidak pernah keluyuran malam lagi.”
          Ibu tersenyum, “Kamu melakukan itu bukan karena kamu sudah mengikhlaskan Sylvi. Tapi justru sebaliknya, kamu melakukan itu karena merindukan Sylvi. Kamu berusaha menampilkan Sylvi di hidupmu dengan berubah menjadi Sylvi.”
Aku terdiam. Benar kata ibu. Dulu aku adalah anak yang biasa-biasa saja, anak yang sangat tidak rapi, dan aku sering keluyuran malam. Beda dengan Sylvi. Tapi semenjak meninggalnya, aku berusaha untuk menjadi sama seperti Sylvi. Dan aku berubah menjadi Sylvi dan kehilangan Clara yang dulu.

          

Kamis, 01 Agustus 2013

22.53 - No comments

Bella Swan


          Tau film Twilight Saga?
Itu film yang cetar banget, jadi kebangetan aja kalau sampe ada yang nggak tau. Tapi kalo gatau juga gak apa-apa sih. Okey.

Banyak banget cewek yang nonton film itu dan mimpi-mimpi buat jadi Bella Swan. Dulu gue juga gitu. Dulu.
Siapa sih yang nggak masu jadi seorang Bella Swan?
Cantik, iya. Famous, iya. Diperebutin sama 2 cowok cakep lagi, Edward Cullen sama Jacob Black. Siapa sih yang enggak mau? Tinggal milih di antara dua cowok kece selangit itu.
Mau yang kalem? Ada Edward. Mau yang koplak? Ada Jacob. Dan yang jelas dua-duanya sama-sama sayang dan mau mempertaruhin nyawa buat seorang Bella Swan.

Eitss, jangan beranggapan dulu kalau jadi Bella Swan itu asyik dan patut di coba. NO!
Kalo lo udah ngrasain apa yang dirasain Bella, lo bakalan bilang kalau hidup itu susah, penuh dengan pilihan, dan lo maunya enggak milih.
See? Gue salah satu contoh konkritnya. Gue lagi ngerasain apa yang dirasain sama seorang Bella Swan.
Bukaaaaan. Gue bukan lagi jatuh cinta sama vampir dan werewolf. Enggak.
Gue cuma lagi terjebak di antara dua cinta yang sama besar. Kayak si Bella itu.
Bedanya Bella ada di film dan gue nyata, dan Bela tinggal njalanin naskah yang udah ada dan gue harus njalanin naskah yang bahkan gue sendiri gak tahu isinya.

Kisah cinta gue mirip banget sama kisah cinta di novel buatan penulis favorite gue ini, Stephanie Meyer.
Sebut aja A dan B, buat si cowok. Dan gue sebagai ceweknya. Si A ini ada duluan di hidup gue, sama kayak Edward yang ada duluan di hidup si Bella. Si A ini juga kalem, pendiem, misterius, kadang dingin, tapi sebenernya dia care dan sayang banget sama gue. Persis bangetlah sama kayak si Edward Cullen. Bedanya, si A bukan vampire.
Sedangkan si B ini, dia dateng kedua setelah si A. Dia bisa 'menggila' sama gue, nggak kayak si A yang bikin gue bener-bener kalem.
Si B ini kadang masih kayak anak kecil tapi dia asik juga dan mirip banget kaya Jacob Black. Bedanya lagi-lagi s B ini bukan werewolf.
Dan mereka berdua (A dan B) sama-sama sayang sama gue, sama-sama bikin gue nyaman, sama-sama bisa memperlakukan gue seperti yang gue idamkan selama ini, dan yang bikin beda dari cerita Bella Swan adalah... Gue gak bisa milih satu di antara mereka.

Kalo si Bella udah bisa milih Edward buat jadi pendamping hidupnya, gue enggak.
Dan kalau si Bella akhirnya nikah di umur 19an setelah lulus SMA, gue enggak mau!!
Itu bedanya.
Tapi yang bener-bener bikin galau adalah kadar rasa sayang gue ke A maupun B ini sama. Nggak ada yang beda 0,1 persenkah? Enggak.
Kalaupun ada gue nggak tau itu buat siapa. Terkadang gue menganggap mereka adalah satu orang yang sama. Tapi gue juga tahu, cowok juga manusia dan manusia paling gak demen disuruh nunguin apalagi sesuatu yang enggak pasti. Gue tahu.
Nah itu gue tahu, kenapa gue enggak segera mutusin aja mau milih yang mana?
Heyho!!!!
Milih kayak beginian nggak segampang milih bolpen mana yang bakalan lo pake dan bolpen mana yang bakalan lo pinjemin ke temen lo. Enggak! Ini sejuta kali lipat lebih rumit, susah, dan menggalaukan.

Dan, sekali lagi.
Jadi Bella Swan nggak selalu enak....


21.23 - 2 comments

Pacar Idaman

Kali ini aku mau posting tentang cowok idaman menurutku. Ini buka 'postingan kode' ya. Cuma pengen nge-post aja tentang cowok yang aku idam-idamin.
Dan bisa di cek, siapa tau idaman kalian sama dengan idamanku, jadi kita bisa cari sama-sama! Ups.


1. Setia
Kriteria yang pertama: SETIA. Camkan ya, buat kalian yang pengen jadi cowokku, kalian harus SETIA (sorry pede, gaboleh protes, ini blog gue!) 
Menurutku, yang paling penting dari suatu hubungan itu kesetiaan. Coba deh kalau kalian punya cowok yang sukanya lirik sana-sini apalagi di depan kalian. Duhh, rasanya pengen nyekik thu cowok kan? Aku juga.
Menururtku, seorang coowk yang bisa setia sama ceweknya, dia berarti juga sekian persen menghargai ceweknya. Soalnya kalau dia nggak setia dan cari 'senggolan' lain, berarti dia nggak nganggep kita sebagai cewek dong. Karena cewek itu harus dijaga bung!

2. Nggak Cemburuan
Yang kedua adalah nggak cemburuan. Asik banget nih kalau punya cowok yang nggak cemburuan. Emang sih, cemburu itu salah satu bukti kita sayang dan nggak mau kehilangan pasangan. Tapi cemburu juga punya kadar kan?
Bayangin deh kalau cowok kita cemburu terus ngamuk-ngamuk nggak jelas gara-gara kita jalan sama sahabat cowok atau temen-temen sekelas atau parahnya cemburu sama saudara kita sendiri! Kalau kalian sampe punya pacar yang cemburunya udah berlebihan gitu apalagi sampe cemburu sama kakak cowok kalian sendiri, putusin aja girls

3. Nggak Over-Protective
Cemburuan sama over-protective itu sama tapi beda. Kalau cemburu itu biasanya kalo kita jalan sama lawan jenis selain cowok kita, kalau over-protective itu lebih parah lagi.
Ada lho cowok yang nggak mbolehin kita pergi tanpa dia. Awalnya sih asik-asik aja. Ke mana-mana ditemenin, ke mana-mana dianterin.Tapi yakin deh, suatu saat kalian bakalan bosen banget.
Namanya cewek ya, pasti kalian pengen banget kan jalan berdua sama sahabat cewek kalian. Nggosip, curhat, shopping, dan nglakuian hal-hal 'cewek' lainnya tanpa pacar. Terus kalau kalian lagi pengen jalan berdua sama sahabat gitu terus pacar lo mbuntutin. Gimana rasanya? Ga enak kan?
Pasti si pacar bakalan bilang kalau mereka khawatir, mereka takut kalian kenapa-kenapa. But that's mean pacar lo nggak percaya sama sahabata lo sendiri. Dan what should you do? Kasih cowok lo pengertian deh dan kalau si cowok gak mau tau, say good bye aja. Percaya deh, sahabat lo bakalan lebih asik daripada pacar lo!

4. Romantis
Nah ini, punya pacar romantis itu yang paling aku pengenin. Kenapa? Karena lo bakalan senyum-senyum sendiri di saat lo inget waktu pacar kita 'beraksi'.
Bayangin aja kalau lo punya pacar dan kalian udah lama pacaran tapi pacar lo ga pernah ngasih lo sesuatu yang bisa dikatakan 'romantis'.
Buat kebanyakan orang, romantis itu waktu si cowok inget hari aniv kita, ngasih bunga ke kita, dan sebagainya. Iya sih. Itu emang romantis. Banget. 
Dan cowok sekarang udah jarang banget yang nglakuin hal-hal sepele lama yang sebenernya itu romatis banget. Kayak misalnya, ngasih kita bunga waktu aniv, ngasih surprise dinner, cium kening kita, atau bilang "kamu cantik banget malem ini" sambil senyum kagum. Jarang! Langka lho cowok kayak gitu sekarang.
Terus romantis apalagi ya. Emm..
Aku pernah waktu itu lagi aniv dan janjian mau makan siang bareng pacar sepulang sekolah. Berhubunga aku masih sekolah dan dia udah lulus, sepulang sekolah aku nunggu dia jemput. Biasanya sih dia yang nungguin aku pulang. Tapi kali ini beda. HPnya tiba-tiba nggak aktif dan otomatis aku nggak bisa hubungin dia. Sejam kemudian, dia bales SMS dan bilang dia otw. Aku udah nggak begitu kesel waktu dia bialng gitu karena jarak rumahnya ke sekolah paling cuma 10 menit mode santai dan aku tau dia paling nggak suka bikin aku nunggu (THIS!). Tapi hampir setengah jam aku nunggu dia dan dia baru nongol. 
Terus dia senyum tanpa rasa bersalah. Aku deketin dia dengan muka bete karena aku paling benci cowok yang suka ngingkarin janjinya sendiri. Terus aku bilang 'Kenapa HP kamu mati?'. Terus dia bilang sambil ketawa 'Ah masa? Enggak kok. SMS kamu yang pending mungkin.' 
Aku sempet mikir, ni anak ngeselin banget sih. Ceweknya lagi bete kenapa dia senyum-senyum gitu terus aku jawab, 'enggak. deliv semua kok. Aku telpon juga HP kamu nggak aktif.'
Terus dia senyum lagi, senyum nakal tentunya. Terus dia ngeluarin bunga favoritku terus bilang 'Happy aniv sayang'. 
Oh-my-God. Itu sederhana, tapi buat aku itu romantis banget. Bukan karena dia inget kapan aniv kita (jarang ada cowok yang inget kapan mereka jadian lho!) tapi karena bunga kesukaanku itu susah banget didapetinnya. 
Dan taraaa, aku paling demen sama cowok romantis.

5. Multifungsi
What?! Cowok multifungsi?
Wuups, para cowok jangan mencak-mencak dulu. Yang dimaksud dari cowok multifungsi itu cowok yang bisa dijadiin pacar, sahabat, temen, kakak, guru, sekaligus papa :)
Kalau pacaran tapi so sweet mulu, sayang-sayangan mulu, lama-lama bosen juga kan?
Jadi, sama pacar itu kalian juga harus bisa nglakuin banyak hal gila yang bisa kalian lakuin sama sahabat kalian (kecuali mandi bareng!).
Cowok jadi pacar, udah tau lah ya. Ya namanya juga saling sayang, pasti kangen-kangenan, sayang-sayangan. Tapi jangan ngomong kangen tiap hari! Karena itu bakalan bisa bikin pacaran kalian bosenin dan monoton banget.
Cowok jadi sahabat dan temen. Kalian bisa gila-gilaan. Bisa jadi diri kalian sendiri karena biasanya cewek yang punya pacar pasti akan bersikap beda banget di depan pacar dan di depan sahabatnya sendiri. Di depan pacar si cewek pasti akan lebih jaga image, sedangkan sama sahabat kalian bener-bener 'gila'.
Nah, seharusnya sama cowok kalian, kalian juga harus bisa 'gila' girls. 
Misalnya, nyoba makanan yang kalian sama-sama gak doyan, ngerjain anak kecil, off road ala kalian, ketawa gak jelas, dan sebagainya. Dijamin asik!
Cowok sebagai kakak. Cowok yang jadi idaman itu cowok yang bisa nglindungin ceweknya dan bisa jadi sandaran bagi ceweknya. Jangan kalau ceweknya lagi punya masalah, malah si cowok ninggalin gitu aja. Kalau kayak gitu, kalian nggak lebih dari KONCO BOSOK boys!
Cowok juga harus bisa jadi tempat curhat buat si cewek. Nggak cuma masalah tentang kalian aja. Tapi juga tentang persahabatan sama orang lain,sekolah, bahkan keluarga. Si cowok juga harus bisa bikin nyaman si cewek.
Jangan sampe waktu si cewek lagi curhat kalian malah marahin atau ngasih wejangan panjang lebar tanpa diminta si cewek, apalagi kalau kalian bilang kalian nggak bisa bantuin si cewek. THAT'S A BIG MISTAKE BOYS!!!
Cewek nggak suka digituin. Cukup didengeri, dielus, disabarin, dan kasih advice kalau diminta :)
That's girl. Susah dimengerti. Tapi kalian suka kan?
Dan yang terkahir, cowok jadi guru. Kalau kalian punya kesulitan tentang pelajaran sekolah, terutama kalian yang masih sekolah, kalian bisa aja minta pacar buat ngajarin.
Jangan kira manfaatin cowok lo ya! Dengan kalian saling minta ngajarin, selain lebih asik, lebih gampang nyantel, kalian juga bakalan tambah pinter karena kalian otomatis pengen ngajarin si pacar dan bukannya diajarin. Jadi kalian bakalan lebih rajin dan giat belajar :D

6. Nyambung Diajak Ngomong
Komunikasi itu hal penting dari suatu hubungan. Jadi, punya pacar yang 'nyambung' juga hal penting dari hubungan. 
Jangan sampe kalian ngomong A tapi si cowok ngomong M. Jauh.
Nggak harus punya hobi sama sih. Justru punya hobi beda itu asik karena perbedaan itu menyatukan segalanya. Right?
Jadi, cowok idamanku adalah cowok yang bisa diajak ngomong tentang apa aja. Asik.

7. Friendly
Punya pacar itu bukan tentang kalian berdua aja lho. Tapi juga tentang keluarga kalian dan temen-temen kalian.
Jangan sampe kalian punya pacar tapi pacar kalian malu-malu atau nggak mau gabung sama keluarga dan temen-temen lo. 
Itu ga-asik-banget. Yang asik itu punya pacar yang bisa temenan sama siapa aja. Sama keluarga lo, oke. Sama temen dan sahabat lo, oke. Sama kakak adek lo, oke. Bahkan sama pacarnya temen lo, juga oke.
Jadi kalau mau pergi ke mana dan mau ngajak cowok lo itu gak perlu kepikiran 'duh, nanti kalau dia ngrasa dikacangin gimana?' atau 'duh, nanti kalau dia nggak bisa berbaur gimana?'. Duhhh, punya cowok yang nggak bisa berbaur sama temen-temen lo itu basi!
Dan inget! Cowok lo udah bukan anak kecil yang harus diarahin dia harus ngomong sama si A nanti, si B, atau si C. Enggak.
Dia udah gede dan harusnya cowok lo bisa berbaur sama siapapun terutama dari pihak lo karena mau nggak mau dia 'calon' lo :)))



Duh, banyak banget ya ciri cowok idamanku. Ya aku tau, cowok juga manusia dan nggak ada manusia yang sempurna, right? :)
Ya yang paling penting itu, cowok yang bisa bikin aku nyaman di mana dan kapan aja.


20.22 - No comments

Males Mandi

Gatau kenapa sih tapi tiba-tiba kepikiran buat nulis tentang fakta ini. MALES MANDI. Apalagi kalau lagi libur.
Ga usah bohong deh, kebanyaka orang pasti kalau lagi libur males banget nglakuin kegiatan yang namanya mandi. Alasannya ada aja. Yang hemat airlah, cinta lingkunganlah, dan sebagainya.
Sebenernya aku juga sih. Paling males kalau disuruh mandi waktu lagi libur. Apalagi libur panjang. Kadang sampe seharian nggak nyentuh air (kecuali panggilan alam!).
Dan ternyata yang males buat mandi itu nggak cuma kaum adam aja lho, tapi kaum hawa yang terkenal memperhatikan banget penampilan ternyata kalau lagi liburan males banget buat beranjak ke kamar mandi.
Sebenernya aku nggak ngerti apa yang bikin orang males mandi, meskipun sebenernya aku juga males mandi (oke, ini aib!).
Emm, mungkin ada satu lagi alesan buat nggak mandi waktu libur ya. (sok) ikut merasakan nasib saudara-saudara kita yang kekurangan air. Jangankan buat mandi, buat makan sama minum aja susah. Duh, oke, simpati sih simpati. Tapi sebenernya mandi itu penting banget lho gais. 
Coba deh inget-inget lagi pelajaran KPDL kalian waktu SD. Udah digembar-gemborkan kan mandi itu minimal berapa kali sehari? Yap, minimal dua kali sehari. Tapi dasar manusia. Seiring berjalannya waktu, mandi kini maksimal sekali dua hari...