06.15 -
No comments


Yang Kedua (11)
“Hei,
bengong siang-siang! Ati-ati kesambet lho!”
“Eh,
kamu. Haha.. Siapa yang bengong coba?” elakku kaget melihat Tyo menghampiriku
di kantin saat istirahat sekolah.
“Kalo
kamu ngga bengong kamu ngeliatin siapa dari tadi? Tiang?” godanya sambil
melihat ke arah tatapanku tadi.
“Iya. Tiang
yang bisa main basket. Eh, maksudku, enggak, enggak ngeliatin tiang kok,” aku
berusaha tertawa. Garing. Ya, sudah dua bulan tiga hari Rama di Jakarta dan
tidak mengabariku. Cewek mana yang nggak khawatir pacarnya pergi jauh tanpa
kabar?
“Kamu
kangen Rama kan?” Tanya Tyo tiba-tiba. Wajahnya berubah serius.
“Tyo,
cewek mana sih yang enggak kangen sama pacarnya?” aku tersenyum. Senyum paksaan.
“Dan
cowok mana sih yang rela liat cewek yang dia sayang sedih mulu gara-gara
pacarnya yang ngabain dia?” Tyo tersenyum. Dia memegan tanganku tapi angsung
kutepis. Jantungku berdebar. Ya Tuhan, apa maksudnya?
“Kamu
lagi naksir cewek ya? Siapa? Kok enggak pernah cerita sih?” tanyaku sok polos. Feelingku sudah tak enak.
“Kamu.”
“Ha?”
“Ya,
kamu. Aku sayang kamu.”
“Tapi…”
“Sejak
pertama kali aku liat kamu masuk sekolah ini. Sejak pertama kali aku liat kamu
di pinggir lapangan basket, sejak pertama kali aku liat kamu di kompleks
perumahan.”
Aku tak
dapat berkata apa-apa lagi. Ini semua pasti mimpi! Tak mungkun seorang Tyo
menyukaiku. Maksudku, dia teman Rama! Ini mustahil. Tapi tampaknya Tyo tidak
bercanda. Sorot matanya mengatakan dia sedang serius.
Sebenarnya
Tyo adalah lelaki yang baik dan perhatian. Dia seperti Rama beda tubuh.
“Jadi?”
tanyaku memberanikan diri.
Tyo
tersenyum. “Aku mau jadi yang kedua.”
0 komentar:
Posting Komentar