Senin, 23 September 2013

03.10 - No comments

Awal Babak Baru (8)

          “Wow! That sounds great, Rama! Kamu harus ambil job itu,” teriakku girang. Tak kupedulikan orang-orang di Starbucks yang melihatku dengan tatapan aneh setelah Bang Dika pergi meninggalkan kami berdua.
          Kami sudah bertemu dengan Bang Dika, ya meskipun kami terlambat 1,5 jam karena tidurku yang molor.
          Rama ditawari untuk mengikuti seleksi timnas basket 3 bulan lagi di Jakarta. Dan tentu saja kami, lebih tepatnya aku, sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Ini akan membawa pengaruh besar bagi karier Dika!
          Tapi sepertinya Dika tidak beranggapan seperti aku. Dia masih saja berwajah kuyu dan lemas sambil menyeruput kopinya yang sudah mendingin.
          “Kamu kenapa sayang? Dapet job gitu malah sedih. Come on! “ kataku sambil menatap matanya yang layu. Bukan Rama banget.
          “Aku mau mau aja ambil job itu. Tapi kamu nggak tau. Kalau aku mau ikut seleksi itu, itu berarti selama 3 bulan ini aku bakalan ninggalin sekolah dan yang paling parah ninggalin kamu,” jawabnya lemas.
          “Ninggalin aku? Emang kalau mau ikut seleksi nggak boleh punya pacar?” tanyaku polos.
          “Iiiiih, sayaaang, maksudnya itu aku bakalan sibuk banget sama latihan-latihan dan jarang punya waktu buat kamu.”
          Aku tahu. Udah resiko punya pacar seperti Rama. Aku tersenyum, “Nggak apa-apa, Rama. Aku tahu kok, kamu pengen banget kan ikut tawaran Bang Dika? So, this is yours.” Kami tersenyum.


          Dear diary,
Aku heran, kenapa semua orang selalu mempermasalahkan perbedaan, terutama perbedaan agama ya?
Bukannya perbedaan itu indah dan menyatukan banyak hal? Bisa saling melengkapi kan?
Aku heran…
Tapi berdasarkan pengalaman beberapa orang, hubungan beda agama nggak berjalan dengan mulus. Kenapa ya? Bukannya mereka harusnya tahu konsekuensi yang bakalan didapet waktu mereka memutuskan untuk melangkah ke hubungan yang lebih serius?
Ah, aku bingung. Tapi aku rasa, aku dan Rama nggak akan seperti itu. Kami akan baik-baik aja J


          Kututup buku biruku. Ada fotoku dan Sylvi di halaman depan. Ah, sedang apa ya dia.

0 komentar:

Posting Komentar