Selasa, 24 September 2013

05.14 - No comments

Yang Jauh Mendekat Yang Dekat Menjauh (10)

Panas sekali siang ini, nggak seperti siang-siang sebelumnya. Tampaknya matahari ingin mengujiku.
Sudah hampir 2 bulan Rama di Jakarta dan mengikuti seleksi basket. Awalnya kami selalu telponan tiap malam, tapi perlahan kebiasaan itu mulai hilang. Kebiasaan Skype dan chatting tengah malam juga perlahan mulai hilang. Awalnya aku berusaha memahami bahwa Rama sibuk dan capek. Aku tahu. Resiko punya pacar seperti dia. Tapi lama-lama ini tidak bisa dibiarkan. Sudah seminggu dia tidak mengabariku, bahkan HPnya dimatikan! Sialan. Teman-teman basketnya juga tak ada yang tahu bagaimana kabar Rama.
“Kecantol cewek gaul di Jakarta kali, Clar,” ceplos Dewi. “Cewek Jakarta kan cantik-cantik. Memang sih kamu juga cantik. Tapi kan lebih enak punya pacar yang bisa deket kita kapan aja.” Kupelototi dia. Bukannya mendukung justru menjatuhkan mentalku. Kadang percuma curhat dengan Dewi, tapi dipikir-pikir iya juga ya. Sesibuk-sibuknya pacar kita, dia pasti ngabarin kan? Huft, Rama, kamu ke mana?

“Hai Clara, kamu pulang sendiri?” sapa Tyo, anak XI IPA 7, dia juga anak basket seperti Rama, tapi dia lebih menyukai pramuka ketimbang basket. Itu bisa dilihat dari kulitnya yang legam dan prestasi-prestasinya di bidang kepramukaan itu.
“Iya dong, kecuali kamu mau nganterin, haha, bercanda lho,” jawabku.
“Haha kok kamu tahu aku mau nebengin kamu? Kasian cewek secantik kamu jalan sendirian. Udah sore juga. Ayo pulang bareng aku aja,” tawarnya.
“Enggak ah makasih, masih jam 5 kok, udah biasa pulang sendiri.”
“Enggak apa-apa kok, ayo,” katanya sambil menepuk jok belakang motornya. Kulihat senyum tulus dari cowok yang digandrungi banyak cewek ini. Senyum dan lesung pipinya itu lho. Nggak nahan.
Aku mengalah, “iya deh, makasih lho ya,” aku naik ke jok belakangnya.
“Pegangan ya nona manis,” ujarnya sambil melajukan Ninjanya.
Tyo sebenarnya adalah cowok yang baik dan termasuk satu dari 10 most wanted di sekolahku. Tapi sikapnya yang kalem dan ramah terhadap siapa saja membuat banyak wanita menyerah. Dingin dan membuat penasaran, kata mereka.


Semenjak itu Tyo jadi baik padaku. Hampir tiap pulang sekolah aku diantarnya. “Rama salah besar ninggalin kamu sendirian. Istilahnya kayak ninggalin domba di tengah kawanan serigala lapar.” Begitu katanya. Aku sih enggak begitu tahu maskudnya. Tapi suatu saat aku bakalan tahu.

0 komentar:

Posting Komentar